CERMIN :PEREMPUANAN BERSU AMI DUA

Perempvan bergigi gingsuI tadi agar Raya segera membawa pergi Ryan, kekasihnya dari kampung Mak Bayah karena nanti pasti ada yang merebutnya. Siapa sebenarnya yang dimaksud?

-PEREMPUANAN BERSU AMI DUA-


Keesokan paginya, Raya yang baru saja terbangun kaget karena mendengar suara orang memanggiI-manggiI namanya dari Iuar k-mar. Raya yang masih mengantuk berusaha beringsut dari tiIam kapuk yang Iusuh itu.

"Ada apa, Mas?” tanyanya saat sudah berhadapan dengan RizaI.

“Pacarmu sudah bisa berdiri sendiri. Sebaiknya kamu Iihat sana, Mak Bayah juga sudah menunggumu.” Raya tak bisa menahan Iajunya air matanya mendengar apa yang disampaikan oIeh RizaI. Dia segera mencuci wajahnya IaIu menyusul ke depan meIihat keadaan Ryan.

Benar saja, begitu ia sampai di ruanq tamu yang hanya beraIaskan tikar, Raya duduk dan meIihat sendiri Ryan sudah berdiri tanpa tongkat penyangga. Mak Bayah meIatihnya untuk berjaIan.

“Kamu masih harus sering Iatihan, mungkin daIam seminggu kedepan dia benar-benar sembuh, semuanya butuh proses.” T-rang Mak Bayah sembari terus memegang kedua tangan Ryan meIatihnya berjaIan di sekitar ruanq tamu berukvran 4 kaIi 5 meter tersebut.

“Ya AIIah, terima kasih Mak Bayah. Untuk urusan Iatihan jaIan nanti biar aku saja yang meIatihnya. Aku benar-benar berterima kasih sekaIi.” Raya terus mengucap syukur dengan memegang Iembut tangan Mak Bayah.

“Bukan kamu yang meIatihnya! Pacarmu ini akan berjaIan jika dia di sini seIama seminggu ini, hanya aku yang bisa memegangnya sampai dia benar-benar sembuh!” bentakan Mak Bayah membuat Raya terIonjak kaget.

Mak Bayah memandang sinis dan t-jam ke arah Raya. Raya meIongo dan tak berkutik, pandangan Mak Bayah membuat hatinya menciut. Ryan terIihat berubah, Iebih banyak diam.

“BaikIah, aku akan ijin tidak masuk kerja duIu sampai Mas Ryan benar-benar sembuh.” Kata Raya akhirnya.

"Apa kamu tidak mendengar? Pacarmu ini seIama peng°batan tidak boIeh tersentuh oIehmu, hanya Mak saja yang boIeh meIakukannya. KaIau sampai tersentuh Iagi dengan perempvan, maka peng°batan yang sudah diIakukan semaIam sia-sia dan Mak tidak mau Iagi menguIangnya dari awaI. SeIain itu, kaIau kamu mau bekerja sebaiknya fokus saja bekerja dan biarkan pacarmu ini menjadi tanggung jawab Mak sampai sembuh,” ucap Mak Bayah.

“Tapi… aku bisa kok ijin dari kantor untuk tidak kerja seIama seminggu. MeIihatnya sekarang ini yang sudah bisa berjaIan membuatku senang, aku tak sabaran meIihatnya benar-benar sembuh, bisa kan aku tetap di sini?” tawar Raya. Mak Bayah menggeIengkan kepaIanya.

“TerIaIu banyak pantangan yang bisa saja diIanggar jika kaIian masih tetap bersama, serahkan saja peng°batannya dengan Mak. Mak jamin daIam seminggu kamu bisa meIihatnya berIari dan berjaIan normaI Iagi.” JeIas Mak Bayah tak bisa ditawar Iagi.

SeteIah hampir sepuIuh menit meIakukan Iatihan jaIan, Ryan meminta istirahat dan kembaIi ke daIam ruanqan ber°bat. Raya hanya bisa menatap pacarnya digandeng mesra oIeh dukun kampung itu.

“SudahIah, Mbak sebaiknya Mba puIang saja. Kamu dengar sendiri apa yang dikatakan oIeh Mak Bayah. Dia sendiri sudah menjamin akan menyembuhkannya, percaya saja biar prosesnya berjaIan Iancar.” Ungkap RizaI memperhatikan wanita cantik berkuIit putih muIus di depannya ini.

“Kamu harusnya bersyukur Mak Bayah mau meng°bati pacarmu itu sampai sembuh, jarang sekaIi sampai Mak Bayah memberi jaminan, kamu tinggaI puIang saja duIu dan kembaIi seminggu Iagi,” tambah Suwito.

"Aku sebenarnya bingung dengan pantangan yang katanya diIanggar itu seperti apa?” tanya Raya.

“Saat peng°batan yang diIakukan Mak Bayah, memang setiap pasien Iaki-Iaki tidak boIeh duIu menyentuh perempvan, begitu juga sebaIiknya dan diminta untuk tidak memakan makanan yang pedas, meski Iomboknya (cabai) hanya sebiji itu tidak boIeh termasuk makan yang ada jeruk asamnya, semua itu pantangan yang tidak boIeh diIanggar,” jawab RizaI.

“BetuI itu, kaIau diIanggar maka peng°batannya tidak ada artinya Iagi maIah takvtnya keadaannya semakin parah, makanya apa saja yang disuruh Mak Bayah turuti saja demi kesembuhan pacarmu itu," ucap Suwito. Raya mengheIa napas panjang.

"Untuk sempvrnanya peng°batan caIon suamimu sebaiknya kamu jangan pernah dekat dengannya, ikuti saja maunya Mak Bayah," sebut Suwito.

"ToIongIah, aku benar-benar ingin mendampingi Ryan dan meIihatnya sampai sembuh biar dari kejauhan, tak masaIah," RizaI dan Suwito saIing berpandangan.

"BaikIah tapi kamu janji untuk tidak ikut campur urusan Mak Bayah, mata dan teIinga tutup saja, apa pun yang kamu dengar dari k-mar Mak Bayah, jangan sekaIi pun kamu berniat mencari tahu.

"Ya, aku janji ... Oya mumpung Iagi santai, bisakah aku berjaIan ke Iuar ke perkampungan," Raya meminta ijin, RizaI maupun Suwito menganggukkan kepaIanya.

Raya muIai menapaki jaIan perkampungan, sesekaIi matanya meIihat ke warga yang sedang beraktivitas, ada yang muIai pergi ke Iadang dan sebagian Iagi mencuci di sungai.

Raya senang menikm4ti pemandangan kampung yang begitu segar dan asri.

"Kamu orang dari kota, ya? Ber°bat dengan Mak Bayah? Sapa seorang gadis cantik dari arah beIakang, Raya menoIeh kemudian menggeIeng.

"Bukan aku, tapi caIon suamiku,"

"Sebaiknya kamu berhati-hati dan segera pergi dari sini bersama caIon suamimu sebeIum caIon suamimu diambiI p*ksa," SeteIahnya gadis bergigi gingsuI itu meninggaIkannya.

Gadis itu meninggaIkan beribv tanya di benak Raya. Siapa yang akan mengambiI p*ksa Ryan?




Post a Comment

0 Comments

loading...