KUSAPIH PUTRAKU TANPA JURUS OLES DAN SUWUK'AN
Lalu dengan cara apa? Pasti tanya begitu kan?
Izinkan dulu aku bercerita dari awal, biar utuh dan padu. Biar mudah dipahami mengapa aku mengambil langkah ini.
Perkenalkan, aku Rizza, ibu anak (masih) satu. Jadi ini pengalaman menyapih pertamaku.
Seperti kebanyakan ibu baru aku banyak belajar dari orang yang kukenal dan juga dari dumay bagaimana cara menyapih anak. Hasil penelusuranku, kudapatkan informasi yang cukup kuat tentang WWL, alias weaning with love. Cara ini sepertinya lagi populer di kalangan ibu-ibu ya?
Tapi bukan dengan ini ternyata caraku menyapih anakku, meskipun kelihatannya keren dan lagi booming dibicarakan dan diikuti banyak ibu.
Bagi yang belum tau, weaning with love itu apa, kujelaskan singkat ya sependek hasil belajarku. Weaning With Love (WWL) jika diartikan dalam bahasa Indonesia, Menyapih dengan cinta. Sesiapnya anak, tanpa paksaan, tanpa oles-oles.
Pokoknya sesiapnya anak. Anak baru siap 3 tahun ya baru disapih tiga tahun, misalnya. Beberapa komentar ibu-ibu ada yang anak baru disapih 3,5 tahun karena sang ibu pakai cara ini. Bagaimana tandanya anak siap? Ya ketika dia sudah tidak mau menyusu dengan sendirinya.
Wah kelihatan keren ya! Pikirku dulu juga begitu. Lalu ketika kubicarakan ini pada suamiku. Suamiku mengatakan, "aku pernah dengar ustadzku yang ahli pengobatan akupuntur mengatakan setelah 2 tahun ASI itu bisa jadi darah lho"
"Ah masak" aku tak percaya, "langsung jadi darah gitu?"
"Ya gak langsung, tapi ada prosesnya."
Aku tidak paham soal info ini. Barangkali ada yang tahu?
Lalu aku pun juga tanya beberapa teman, bagaimana cara dia menyapih anaknya.
Ada yang mengatakan, "dibawa ke pasar pon Mbak, disitu ada yang jualan jamu nah bawa susu atau apa makanan kesukaan anak, nanti pulang dari situ dikasihkan ke puting susu. Anakku cocok, Alhamdulillah anakku cocok semua mbak, tetangga juga" kurang lebih begitu penjelasannya.
Untuk saran ini, gak cuma satu orang yang merekomendasikannya. Berkunjung ke pasar pon, menemui bakul jamu itu, bayarnya ada yang bilang dua puluh lima ribu. Entah sudah berapa ratus bayi berhasil disapihkan di pasar pon di kotaku itu.
Entah, hatiku tidak bisa menerima cara ini. Ada rasa tidak sreg di hati, meski banyak yang berhasil. Aku masih yakin ada cara lain yang lebih masuk akal.
Ada pula yang menyarankan dibawa ke kyai A, kyai B. Nanti pulang dark kyai disuruh amalin ini itu. Surat ini dibaca sekian sekian. Lalu ada pula yang kyainya menyuruh air doa itu ditaruh di bawah kasur tempat tidur anak.
Lagi-lagi hatiku tidak bisa menerima rekomendasi ini. Meskipun ini dari kyai sekalipun. Entahlah mungkin aku yang rewel, di saat orang lain merasa biasa saja aku merasa hal ini tidak biasa dan aku tidak sepatutnya mengikutinya.
Seorang teman mengatakan, "kalau aku pakai cara WWQ Za"
"Apa itu?'
"Weaning With Qur'an" jawabnya
"Jadi sesuai dengan yang dianjurkan Qur'an, menyapih itu 2 tahun, bukan semaunya anak" jelasnya.
Oh plakk! Kenapa aku lupa ini? Terlalu muluk belajar tentang WWL akhirnya membuatku lupa dalam Islam sudah ada kaidah penyapihan yakni 2 tahun
[Para ibu hendaknya menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna ... Al-Baqarah 233]
Itu untuk Ibu sedangkan untuk ayah diwajibkan mendukung proses menyusui ibu, di ayat yang sama pun dijelaskan [ ...Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya... Al-Baqarah 233]
Masyaallah ini jelas sekali bukan?
Di ayat yang lain pun masih ada.
[Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepadaKu kamu kembali. Luqman : 14]
Masyaallah..
Jelas. Jelas. Jelas. Dua tahun. Dua tahun. Dua tahun. Disebutkan!
Dan akhirnya keyakinanku ingin melaksanakan WWL pun luntur. Berganti. Aku ingin coba taat pada perintah Allah. Dua tahun itu sudah sempurna kata Allah. Masyaallah.
Sebelumnya jauh-jauh bulan. Aku sudah sounding ke anakku. "Nak nanti usia 2 tahun udah gak boleh mimik bunda lagi lho ya"
Jelang dia dua tahun, kuperjelas, karena dia lahir tanggal 13 November maka kutambahkan, "nanti tanggal 13 sudah disapih ya"
Kadang kutambahkan "nanti kalau sudah disapih, minumnya jadi macem-macem lho Mas Ahmad, ada susu dele, es campur, es tebu, susu uht, susu almond"
Ini sih mentang-mentang emak bapaknya Jual Susu Almond jadi susu almond dimasukkan ke deretan minuman yang nanti bakal dia minum kalau sudah lepas ASI.
Begitu terus kuulang-ulang. Sesering mungkin. Dia? Santuy! Masih tetap semangat mimik ASI haha..
Frekuensi ngASI memang berkurang jauh, karena siang dia lebih banyak main, dan baru ngASI jika ngantuk. Malam pun begitu, dia hanya minum asi jelang tidur dan saat terbangun, mimik lagi sampai tertidur.
Akhirnya kuberanikan diri bismillah, tanggal 11 malam, dia tak kuizinkan lagi minum ASI, "Nak, belajar nggeh, sudah 2 tahun lho, harus belajar gak minum Asi mulai malam ini"
Anakku kosakatanya masih sedikit, dia hanya nangis 'membik-membik' tertidur di gendongan Abahnya.
Malam hari, dia terbangun, tetap aku kukuh tidak memberinya ASI. Sudah diniati. Jadi harus tega. Pikirku kalau tidak sekarang kapan lagi?
Dia pun nangis, sepertinya dia marah padaku, "mengapa bunda tidak mau memberiku ASI lagi?" mungkin jika dia bisa bicara dia akan bilang begitu ya, dia menangis aku terus mensounding, "belajar Nak, manut sama Allah, kata Allah, menyusui itu cuma sampai 2 tahun sudah sempurna, belajar sabar ya Nak"
Suamiku tidak tega melihat anakku rewel begitu, "kasih aja lah dek kan 2 tahunnya masih 2 hari lagi"
"Kalau dua tahun hijriahnya kan udah lewat Mas"
"Nanti kasih aja oles garam kalau sudah tanggal 13"
"Menyapih itu gak bisa seinstan itu Mas! Butuh beberapa hari jadi harus dimulai sekarang!"
"Kayak gini kamu tuh kayak nyiksa anak lho ini kasihan"
"Enak aja bilang aku nyiksa anak, sedih tau nyapih anak itu. Kamu gak tau perasaanku kayak gimana sekarang"
"Aku itu mendukung kamu nyapih Ahmad dua tahun, tapi kalau anaknya sampai nangis gini gimana"
"Semua anak yang disapih itu ya begini Mas, kebanyakan, soalnya kita pakai cara biasa gak pake suwuk-suwuk'an"
Semacam itulah, tengah malam kami malah debat yang intinya gak tega tapi tetap mau menyapih.
Tanggal 12 pagi, Aku dapat hadiah payudaraku terasa penuh. Kesenggol sedikit rasanya duh masyaallah aduhai lah pokoknya. Ini sama seperti awal menyusui dulu. Orang Jawa bilang 'ngrangsemi'. Seharian anakku main. Kadang tangannya buka-buka jilbab.
"Baju bunda gak bisa dibuka Nak, Ahmad, belajar sabar ya Nak, manut sama Allah, sudah dua tahun lho, berarti sudah sempurna menyusu ke bunda"
Akhirnya dia main lagi.
Aku pernah baca tulisannya Bunda Fatimah yang pernah viral yakni mengajak anaknya membaca ayat Al-Qur'an tentang penyapihan dan Alhamdulillah penyapihan putranya Hasan berhasil.
Kucoba itu pada putraku Ahmad. Kuajak dia buka Al-Qur'an, surat Al-Baqarah ayat 233. Kubaca keras beserta artinya. Dia pun sepertinya mendengarkan.
"Tuh Mas Ahmad, kata Allah, para ibu hendaknya menyapih anaknya usia 2 tahun, Mas Ahmad kan sudah dua tahun ini, disapih ya Nak, belajar sabar ya Nak, ikhlas ya Nak, nurut apa kata Allah" kukatakan itu padanya sembari semendal. Aku tidak tahu dia paham atau tidak maksudku tetapi dia sudah mau anteng mendengar ayat itu sudah masyaallah buatku.
Malamnya. Dia ngajak aku jalan-jalan malam. Tanganku digandeng. Jalan terus, bolak-balik. Mungkin dia ngantuk, tapi bingung caranya tidur karena biasanya kalau mau tidur ngASI.
Tanggal 13, 14 dan 15 November saat aku menulis tulisan ini, anakku sudah tidur. Alhamdulillah benar-benar berhasil disapih. Dia sudah tidak rewel lagi dua hari belakangan ini. Jadi jika dihitung, dia hanya rewel 3 hari, itupun rewel yang wajar karena ngantuk.
Kadang dia pun tidur sendiri setelah capek bermain, kadang kugendong, sambil kubacakan lagi ayat tentang penyapihan itu. Kusounding agar dia manut sama Allah, nurut sama Allah dan belajar sabar dengan penyapihan ini. Alhamdulilah, gak lama digendong dia pun tertidur.
Aku yang jarang banget gendong dia, semenjak masa penyapihan ini dia jadi lebih sering minta digendong olehku, masyaallah, alhamdulillah gendongnya pun gak lama-lama dia sudah tidur sendiri.
Kadang dia pun buka bajuku, menyentuhnya. Mungkin dia kangen. Dan masyaallah dia sama sekali tidak meminumnya. Hanya disentuh. Dielus-elus.
"Mas Ahmad kangen mimik Bunda ya, tapi Mas Ahmad anak Sholih ya kan manut sama Allah"
Dia pun tersenyum, elus sebentar lalu main lagi.
Alhamdulillah. Menyapih dengan Al-Qur'an ternyata benar-benar bisa kulakukan untuk anakku.
Anak-anak itu masih suci, jadi dia masih mudah menerima yang Haq dari Allah, mendengarkan Kalamullah dan menaati isinya.
Dari penyapihan, anak akan belajar 'batasan' pertamanya. Bahwa setiap hal itu ada batasnya dalam Islam, tidak bisa semaunya. Termasuk menyusu pada ibu. Dua tahun! Itu sudah sempurna!
Ibu-ibu yang masih diberi nikmat menyusui, manfaatkan waktu dengan baik ya Bu, karena kalau sudah masuk masa penyapihan seperti anakku, rasanya kangen banget lihat ekspresi gembiranya saat lihat ibunya rebahan dan itu artinya ngASI time, kangen lihat sorot matanya yang tulus banget, dan kangen gigitannya itu lho. Sedap-sedap perih. Hahay!
Bu, kalau bisa hindarkan anakmu dari musik ya, musik anak sekalipun. Karena musik mematikan kepekaan hati akan Al-Qur'an. Tak masalah anakmu tidak hafal lagu anak-anak dari kecil, yang penting anakmu mudah menerima apa yang Allah firmankan dalam Al-Qur'an.
Bismillah. Saya juga masih terus belajar untuk Istiqomah hanya murottal untuk anak.
Selamat menyusui. Siapkan cara menyapih terbaikmu ya
loading...
0 Comments