𝗛𝗮𝗻𝘁𝘂 𝗧𝗮𝗺𝗽𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗻𝗴𝗵𝘂𝗻𝗶 𝗥𝘂𝗺𝗮𝗵 𝗞𝗼𝘀𝗼𝗻𝗴

𝗛𝗮𝗻𝘁𝘂 𝗧𝗮𝗺𝗽𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗻𝗴𝗵𝘂𝗻𝗶 𝗥𝘂𝗺𝗮𝗵 𝗞𝗼𝘀𝗼𝗻𝗴


𝗣𝗲𝗻𝘂𝗹𝗶𝘀: 𝗦𝗲𝗰𝗿𝗲𝘁𝗭𝗥
Tersedia di aplikasi KaryaKarsa
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembv*n*uhan beberapa tahun silam.
Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak merasakan apa-apa dan juga tidak terjadi apa-apa. Hingga suatu pagi dia terbangun dalam keadaan tanpa busàna. Badannya dipenuhi oleh jejak kis*s*mark dan bagian bawahnya juga terasa sangat sakit, padahal menurutnya tidak ada orang yang memasvki rumah itu, karena ia mengunci semua pintu sebelum ia tidur. Bukan hanya itu, sekarang setiap ia bangun tidur akan selalu dalam keadaan yang sama.
siapakah yang melakukan itu kepadanya? Kenapa ia tidak sadar bahwa seseorang sudah melakukan hubungan badan dengan tubuhnya?
menurut tetangga setempat, rumah itu sangat angker dan selalu menjadi kesialan bagi orang yang menempati rumah tersebut.
Bab 1. Kesi*alan bertubi-tubi
Megan Mallory, seorang wanita berparas cantik dengan tv*buh ramping dan tinggi 160 cm, berdiri di samping mobilnya dengan rambut hitam panjangnya yang basah kuyup.
Rambutnya yang biasanya terurai indah sepanjang pinggang, kini tampak lepek dan berantakan. Dia berdiri di bawah guyuran hujan, menatap mobil barunya yang baru saja dia beli setelah menginjakkan kaki di Belgia, negara yang baru saja dia tempati.
Wajahnya tampak kesal dan frustasi.
Dia seorang mahasiswa asal Korea Selatan yang baru saja pindah ke Belgia untuk melanjutkan studinya, kini terjebak di tengah hujan deras dengan mobilnya yang tiba-tiba mogok ketika dalam perjalan hendak menuju rumah barunya yang baru dia beli.
Dia menghela napas panjang, menatap kap mobilnya yang terbuka lebar. Namun merasa sangat sia-sia melakukan hal konyol itu karena dia tidak mengerti dengan permasalahan mesin.
Dengan geram, dia berlari kecil kembali ke dalam mobil, berharap bisa menemukan solusi di dalam sana.
Merogoh tasnya, mencari ponselnya dengan harapan bisa menghubungi pamannya yang juga tinggal di Belgia. Namun, nasib tampaknya tidak berpihak padanya. Layar ponselnya hitam pekat, menandakan bahwa baterainya sudah habis. Padahal dia merasa daya batrainya masih penuh.
"Aaarrgghh! Kenapa semuanya harus terjadi hari ini?" Megan menggeram, rasa frustrasinya memuncak.
Matanya menatap jalan di depannya, berharap ada kendaraan yang lewat dan mungkin bisa menolongnya. Namun, harapannya sia-sia. Jalanan itu sepi, tidak ada tanda-tanda ada kendaraan lain yang lewat.
Dia kembali ke dalam mobilnya, memasukkan kunci dan mencoba menyalakan mesin mobilnya. "Ayolah, kamu bisa," gumamnya.
Akan tetapi, setelah dia memutar kunci, hasilnya tetap sama. Mobilnya tetap tidak bisa menyala.
"Ini benar-benar hari yang buruk! Aku benci ini!" teriaknya, frustrasi.
Dengan berat hati, dia memutuskan untuk bermalam di mobil. Berharap ketika matahari terbit, dia akan mendapatkan bantuan dan bisa melanjutkan perjalanannya.
Dengan bib*ir yang g3metar menahan dingin karena dia nekat keluar dari mobil menghadang hujan deras tadi, dia meraih kopernya yang ada di kursi belakang dan mengambil baju ganti.
Namun, sebelum dia sempat mengganti pakaiannya, dia mencoba sekali lagi untuk menyalakan mesin mobil. Dan kali ini, ajaib, mesin mobilnya menyala. Dia berteriak senang, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
“Seharusnya sedari tadi seperti ini, B*doh!” serunya.
Dengan hati yang lega, dia kembali mengendarai mobil tersebut menuju rumah yang baru dia beli.
*
Setelah beberapa menit berkendara, akhirnya dia sampai di rumah barunya. Dia dengan cepat menurunkan koper, lalu berlari menghindari hujan deras yang mengguyur kota tersebut.
Rumah yang dia beli awalnya adalah sebuah rumah kosong yang sudah tidak dihuni, dan dia meminta orang untuk merenovasi terlebih dahulu, serta mengganti perabotan yang tidak penting. Sehingga, sekarang rumah sudah tampak nyaman untuk ditempati.
Tangannya membuka pintu rumah itu dan menemukan rumah itu dalam keadaan gelap. Hawa rumah tersebut terasa sangat dingin membuatnya sedikit merinding, tetapi detik berikutnya dia menggelengkan kepala dan memasvki rumah itu sembari mencari saklar lampu.
Seketika ruangan itu menjadi terang, tetapi anehnya dia masih merinding dan merasakan hawa dingin yang mencengkam. Serta, dia merasa ada tatapan yang tertuju kepadanya dari, sehingga dia langsung membawa pandangan ke arah tangga, tetapi dia tidak menemukan siapa-siapa di sana.
“Ini hanya efek aku kedinginan dan baru pertama aku tinggal sendirian. Tidak ada apa-apa dan tidak hantu! Itu hanyalah sebuah cerita klasik yang tidak pernah terbukti adanya,” gumamnya. Menghalau pikiran kotor yang berkelana di otaknya.
Dia kembali mengunci pintu, memastikan tidak akan dimasuki oleh maling. Kemudian dia membawa langkahnya menelusuri lantai utama, yang saat ini sudah jauh lebih baik dibanding pertama kali dia memasuki rumah itu ketika melihat-lihat untuk.
“Aku beruntung mendapatkan rumah ini dengan harga yang sangat murah,” gumamnya.
Dia kembali mengambil kopernya, membawa ke lantai atas yang terdapat kamar yang akan dia tempati.
Kamar tersebut terlihat sangat nyaman karena sebelumnya dia sudah meminta orang untuk mengganti tempat tidur ataupun barang-barang yang ada di dalam kamar itu, tetapi dia cukup heran melihat sebuah lukisan yang terdapat di atas tempat tidur. Setahunya dia tidak meminta orang untuk membeli interior ataupun menambah barang lain di kamar itu.
Tidak ingin pusing, dia pun mengedikkan bahunya. Meletakkan kopernya begitu saja, kemudian berjalan ke arah kamar mandi dan menyalakan water heater mandi.
Kemudian, dia kembali keluar dari kamar mandi dan memindahkan pakaiannya ke dalam lemari yang ada di kamar itu. Setelah selesai, dia pun menelusuri kamar tersebut dan membuka pintu balkon, sehingga pemandangan yang ada di luar langsung terpampang di depan matanya. Namun, hujan deras masih mengguyur kota itu.
Merasa air yang dia panaskan tadi sudah hangat. Dia kembali menutup dan mengunci pintu balkon, lalu mengambil handuk, dan memasuki kamar mandi.
Dia melepaskan baju dan celananya yang basah karena berhujan-hujanan tadi. Dia juga membuka bra yang dia kenakan, sehingga mengekspos p4yudaranya yang tampah indah. Terakhir, dia membuka celana dalamnya. Alhasil, seluruh tubuhnya benar-benar terekspos begitu saja.
Kemudian, dia membawa tub*vhnya berdiri di bawah shower dan menyalakan shower tersebut.
Butiran air hangat yang jatuh di tub*hnya dan membasahi tub*vhnya membuatnya merasa lebih baik dan rileks, serta menghalau rasa dingin yang sempat melanda.
Dia pun mengambil shampoo dan sabun yang dia bawa. Menggosokkan ke seluruh tubuhnya. Namun, entah kenapa, dia merasa ada seseorang yang tengah memperhatikannya, tetapi setelah melihat sekeliling, dia tidak menemukan siapa-siapa.
Ketika tub*h dan kepalanya dipenuhi oleh busa sabun dan shampoo, dia kembali menyalakan shower untuk membilas busa tersebut, tetapi tiba-tiba shower itu tidak lagi mengeluarkan air.
“Ya Tuhan, ini kesialan apa lagi?!” tanyanya. Berusaha menarik tuas shower, tetapi tetap saja tidak ada air yang keluar.
Dia benar-benar merasa frustasi dan emosi dengan segala kesialan yang terjadi secara bertubi-tubi kepadanya seharian ini.
Dengan rasa kesal yang masih membuncah, dia meraih handuk yang seharusnya sudah dia gan*tvng di belakang pintu. Dia merogoh-rogoh, mencoba merasakan handuk itu, tetapi tangannya tidak merasakan apa-apa. Sehingga dia membawa pandangan ke arah belakang dan tidak menemukan handuknya di sana.
”Bukankah tadi aku membawanya?” gumamnya.
Karena matanya sedikit terasa perih, dia pun langsung keluar dari kamar mandi dengan tub*vh nak3d yang masih terdapat sisa busa sabun dan shampoo.
Ketika sudah di kamar, barulah dia menemukan keberadaan handuknya di atas ranjang, padahal dia merasa membawa handuk itu ke dalam kamar mandi sebelum dia mandi.
Mengira dia lupa, dia pun mengabaikan hal tersebut. Meraih handuk itu, lalu melilitkan ke tubuhnya. Kemudian dia keluar dari kamar dan menuju lantai bawah untuk mengambil air mineral yang ada di dalam kulkas.
Sebelum dia menempati rumah itu, dia sudah meminta orang terlebih dahulu untuk mengisi kulkasnya dan membeli bahan-bahan makanan.
Setelah mengambil tiga botol air mineral yang cukup besar, dia pun kembali ke kamarnya dan menuju ke kamar mandi. Meletakkan botol tersebut dan kembali membuka handuknya.
Dia langsung membuka penutup botol dan menyir4mkan ke tub*vhnya, tetapi dia langsung menghentikan aksinya karena air itu sangatlah dingin, sebab itu adalah air yang disimpan di dalam kulkas.
Ketika dia mengumpulkan niat untuk mengguyur tubv*hnya lagi menggunakan air dingin itu, tiba-tiba saja dia dikejutkan oleh shower yang kembali menyala dengan sendirinya.
“Akhhhh! What the f*v*ck!” teriaknya melengking, jantv*n*gnya berd3t*ak kencang. Dia merasa seolah-olah hari ini adalah puncak dari segala kesi!*alan yang dia alami.
Bersambung ...

Post a Comment

0 Comments

loading...