Rekan Wanita Muslimah Rahimakumullah..
Postingan hari ini admin kutip dari tulisan dilaman facebook Kanaah Binti Sadilah. Beliau membagikan suatu kisah yang sangat menginspirasi, yaitu nilai suatu ajaran kehidupan dalam interaksi sosial kemasyarakan yang patut kita ambil pelajaran dari kisahnya.
Selengkapnya dari kisah nasehat ini bisa Rekan Muslimah simak dibawah ini:
"Seorang
anak, menelepon Ayahnya yang tinggal pisah Rumah dengannya dan ibunya.
Pagi itu, ibunya sakit dan tidak bisa mengantar Anaknya ke sekolah seperti biasanya.
Jarak sekolahnya 1 KM Dari rumahnya, dan si anak bertubuh lemah.
Pagi itu jam 6:00 si anak menelepon ayahnya:
Pagi itu, ibunya sakit dan tidak bisa mengantar Anaknya ke sekolah seperti biasanya.
Jarak sekolahnya 1 KM Dari rumahnya, dan si anak bertubuh lemah.
Pagi itu jam 6:00 si anak menelepon ayahnya:
Anak: “Ayah, antarkan aku sekolah.”
Ayah: “Ibumu kemana ?”
Anak: “Ibu sakit ayah, tidak bisa
mengantarkan aku ke sekolah, Kali ini ayahlah antarkan aku ke sekolah.”
Ayah: “Ayah tidak bisa, ayah nanti terlambat
Ke kantor. Kamu naik Angkot saja atau ojek”
Anak: “Ayah, uang ibu hanya tingal 10 rb, ibu
sakit, kami pun belum makan pagi, tak ada apa apa dirumah, kalau aku pakai
untik ongkos, kasian ibu sakit belum makan, juga adik-adik nanti makan apa
ayah?”
Ayah:” Ya sudah, kamu jalan kaki saja
kesekolah, ayah juga dulu ke sekolah jalan kaki. Kamu anak laki laki harus
kuat.”
Anak: “Ya Sudah, terimakasih ayah.”
Si anak mengakhiri teleponnya dengan ayahnya.
Diapusnya air mata di sudut matanya, lalu berbalik masuk kamar, ketika ibunya menatap wajahnya, dia tersenyum.
Diapusnya air mata di sudut matanya, lalu berbalik masuk kamar, ketika ibunya menatap wajahnya, dia tersenyum.
Ibu: “Apa kata ayahmu nak?”
Anak: “Kata ayah, iya ibu, ayah Kali ini yang
antar aku kesekolah.”
Ibu: “baguslah
nak, sekolahmu jauh, kamu akan kelelahan kalau harus berjalan kaki. Doakan ibu
lekas sembuh ya, biar besok ibu bisa antar kau kesekolah.”
Anak: “Iya ibu, ibu tenang saja, ayah yang
antar, ayah bilang aku tunggu didepan gang supaya cepat ibu.”
Ibu: “Berangkatlah nak, belajar yang rajin yang
semangat.”
Anak:” iya ibu”
Tahun berganti tahun, kenangan itu tertanam
dalam di ingatan si anak.
Dia sekolah sampai pasca sarjana dengan biaya beasiswa.
Setelah lulus dia bekerja di perusahaan asing dengan gaji yang besar.
Dengan penghasilannya, dia membiayai hidup ibunya, membantu menyekolahkan adik-adiknya sampai sarjana.
Dia sekolah sampai pasca sarjana dengan biaya beasiswa.
Setelah lulus dia bekerja di perusahaan asing dengan gaji yang besar.
Dengan penghasilannya, dia membiayai hidup ibunya, membantu menyekolahkan adik-adiknya sampai sarjana.
Satu hari, saat di kantor ayahnya bertelepon.
Anak: “Ada apa ayah?”
Ayah: “Nak, ayah sakit, tidak ada yang
membantu mengantarkan ayah kerumah sakit”
Anak: “Memang istri ayah kemana?”
Ayah: “Sudah pergi nak sejak ayah sakit
sakitan.”
Anak: “Ayah, aku sedang kerja, ayah kerumah
sakit pakai taxi saja.”
Ayah: “Kenapa kamu begitu? Siapa yang akan
urus pendaftran di RS dan lain-lain? Apakah supir taxi? Kamu anak ayah, masakan orang tua sakit
kamu tidak Mau Bantu mengurus?”
Anak: “Ayah, bukankah ayah yang mengajarkan
aku, mengurus diri sendiri? Bukankah ayah yang mengajarkan aku bahwa pekerjaan
lebih penting daripada istri sakit dan anak ?
Ayah, aku masih ingat, satu pagi aku menelpon
ayah minta antarkan Ke sekolahku, waktu itu ibu sakit, ibu yang selalu antarakn
kami anak-anaknya..yang mengurus kami seorang diri, namun ayah katakan aku
pergi jalan kaki, tubuhku lemah, sekolahku jauh, namun ayah katakan anak laki
laki harus kuat, dan ayah katakan ayah pun dulu berjalan kaki kesekolah, maka
aku belajar bahwa karena ayah lakukan demikian maka aku pun harus lakukan hal yang
sama..saat aku sakitpun hanya ibu yang ada mengurusku, saat aku membutuhkan
ayah, aku ingat kata kata ayah, anak laki laki harus kuat.
Ayah tau? Hari itu pertama aku berbohong
kepada ibu, aku katakan iya ayah yang akan antarkan aku kesekolah, dan meminta
aku menunggu di depan gang.
Tapi ayah tau? Aku jalan kaki seperti yang ayah suruh, di tengah jalan ibu menyusul dengan sepeda, ibu Bisa tau aku berbohong, dengan tubuh sakitnya ibu mengayuh sepeda mengantarkan aku kesekolah.
Tapi ayah tau? Aku jalan kaki seperti yang ayah suruh, di tengah jalan ibu menyusul dengan sepeda, ibu Bisa tau aku berbohong, dengan tubuh sakitnya ibu mengayuh sepeda mengantarkan aku kesekolah.
Ayah mengajarkan aku pekerjaan adalah yang
utama, ayah mengajarkan aku kalau ayah saja bisa maka walau tubuhku lemah aku
harus bisa.
Kalau ayah bisa ajarkan itu, maka ayah pun harus bisa.
Kalau ayah bisa ajarkan itu, maka ayah pun harus bisa.
Si ayah terdiam..sepi diseberang telepon.
Baru disadarinya betapa dalam luka yang di torehkannya di hati Anaknya.
Baru disadarinya betapa dalam luka yang di torehkannya di hati Anaknya.
Anak adalah didikan orangtua
Bagaimana kita bersikap, memperlakukan mereka kita sama saja sedang mengajarkan mereka bagaimana memperlakukan kita kelak ketika kita tua dan renta.
Bagaimana kita bersikap, memperlakukan mereka kita sama saja sedang mengajarkan mereka bagaimana memperlakukan kita kelak ketika kita tua dan renta.
Si anak Dosa?
Mungkin....
Si anak durhaka?
Barangkali....
Mungkin....
Si anak durhaka?
Barangkali....
Yang jelas ayahnya yang membuat Anaknya
demikian.
Dan kelak orangtua membuat pertangung jwbnnya masing-masing kepada sang Khalik, Si Empunya Anugerah yang di titipkan kepada masing-masing
Dan kelak orangtua membuat pertangung jwbnnya masing-masing kepada sang Khalik, Si Empunya Anugerah yang di titipkan kepada masing-masing
Menjadi orangtua bukan karena menanamkan
Benih atau karena melahirkan.
Menjadi orangtua, karena mengasuh, mendidik,
menyayangi, menberi waktu, perhatian, mengayomi, mencurahkan perhatian dan
kasih sayang.
Menjadi orangtua, tidak ada kata pensiun..
Finishnya hanya di kematian".
Finishnya hanya di kematian".
Semoga
bermanfaat bermanfaat
loading...
loading...
0 Comments