Rekan Wanita Muslimah Rahimakumullah...
Apa makna dari pepatah kuno diatas?
Jika jiwa kita rapuh seperti kaca, maka ketika palu/masalah
menghantam, kita akan mudah putus asa, frustasi, kecewa, marah, dan jadi remuk
redam. Jika kita adalah kaca, maka kita juga rentan terhadap benturan. Kita
mudah tersinggung, kecewa, marah, atau sakit hati saat kita berhubungan dengan
orang lain. Sedikit benturan sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan
hubungan kita.
Jangan pernah jadi kaca, tapi jadilah baja. “Mental baja” adalah
mental yang selalu positif, bahkan tetap bersyukur di saat masalah dan keadaan
yang benar-benar sulit tengah menghimpitnya.
Mengapa demikian? Orang yang seperti ini selalu menganggap bahwa
“masalah adalah proses kehidupan untuk membentuknya menjadi lebih baik”.
Sepotong besi baja akan menjadi sebuah alat yang lebih berguna setelah lebih
dulu diproses dan dibentuk dengan palu. Setiap pukulan memang menyakitkan, namun
mereka yang bermental baja selalu menyadari bahwa itu baik untuk dirinya.
Jika hari ini kita sedang ditindas oleh masalah hidup, jangan
pernah merespons dengan sikap yang keliru!
Jika kita adalah “baja”, kita akan selalu melihat palu yang
menghantam kita sebagai sahabat yang akan membentuk kita. Sebaliknya jika kita
“kaca” maka kita akan selalu melihat palu sebagai musuh yang akan menghancurkan
kita.
Pembahasan:
Saudaraku seiman, setiap dari kita baik dia kaya, miskin, papah,
cacat, sehat, sakit, dari golongan yang rendah ataupun yang berpangkat dan yang
tidak berpangkat, beriman ataupun dia kafir sekalipun selama masih hidup di
dunia maka tidaklah seseorang luput dari ujian.
Semenjak kita menghembuskan nafas pertama kita didunia maka
dimulailah perang antara diri kita sendiri yaitu nafsu dan juga godaan syaitan.
Sebelum kita terlahir, setiap individu telah disusun dan diatur
skema perjalanan hidupnya masing-masing, Allah SWT telah menyusun skenario
untuk kita perankan, seperti halnya apakah dia miskin atau kaya, apakah dia
terlahir dalam keadaan cacat, siapa yang dia temui dalam kehidupannya, apa
pekerjaanya, siapa pasangan hidupnya, dari keluarga mana ia terlahir dan dimana
ia mati.
Bahkan pada saat kita berjalan ditengah guyuran hujan Allah telah
mengatur air hujan mana yang jadi jodoh kita, yang melekat pada baju atau tubuh
kita dan TIDAK AKAN MUNGKIN ada air hujan yang ditakdirkan menyentuh kita
tetapi menyalahi aturannya.
Dunia bisa menjadi ladang amal tetapi juga bisa menjadi pintu
gerbang kehancuran seorang manusia. karena rezeki yang melimpah, kemiskinan
yang meradang, keletihan dalam pekerjaan, penyakit yang tidak kunjung sembuh,
kesusahan yang tidak berujung, kesedihan akan kehilangan seseorang yang kita
cintai, gangguan secara langsung atau tidak langusng dari orang lain,
kegundah-gulanaan hingga duri yang menusuk kita, itu semua datangnya dari
Allah.
Dan itu adalah sesuatu hal yang WAJIB kita Imani karena Allah SWT
menyatakan.
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak
ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi,
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab
yang nyata (Lauh Mahfudz)" Al An'am :59
Semua ujian yang Allah tujukan kepada kita tentunya bukan tanpa
maksud, karena Allah SWT menguji kita untuk mengetahui seberapa besar peranan
Allah dalam kehidupan dan fikiran kita. Apakah kita benar-benar melibatkan
Allah dalam kehidupan kita atau tidak.
Ketika seseorang ditimpa musibah, apakah ia redho ataukah berkeluh
kesah atau malah mencari "kambing hitam" akan musibah yang
dialaminya.
Seseorang yang ada "Iman" dalam dirinya maka ketika
tertusuk duri dijalan maka spontanpun ia akan ingat Allah sambil mengingat akan
kesalahan yang pernah ia lakukan dan bersyukur karena dengan adanya duri yang
menusuk kakinya maka Allah hapuskan akan dosanya.
Sebaliknya orang yang tidak ada "Iman" dalam dirinya ia
akan sibuk mencari-cari kesalahan orang disekitarnya, maka iapun tidak mendapat
apa-apa dari ujian yang diberikan malah mungkin akan berdosa karena telah
berburuk sangka atau bahkan memfitnah orang lain.
Semua ini adalah panggung sandiwara, keluarga adalah titipan,
rumah adalah titipan, istri dan anak-anak adalah titipan bahkan mungkin sumber
malapetaka bagi kita jika tidak dijaga amanah dari Allah dengan sebaik-baiknya.
Uang yang kita pegang detik ini belum tentu adalah milik kita,
harta yang kita usahakanpun belum tentu kepunyaan kita, bahkan tidak sedikit
seseorang yang bekerja membanting tulang memperkaya diri membangun rumah yang
mewah tetapi tidak mempunyai waktu untuk menikmati hasil kerjanya hingga pada
akhirnya sang pembantu penjaga rumah yang akhirnya menikmati semua fasilitas
kemewahan yang siang malam tuannya cari.
Setiap ujian yang Allah SWT berikan kepada kita akan mudah kita
jalani apabila kita senantiasa membaca dan memahami skrip dari apa peran yang
kita mainkan karena Rasulullah sabdakan,
“Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian
berpegang teguh dengan keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah
dan Sunnah-ku.” Diriwayatkan oleh Hakim (I/172).
Untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan ujian maka kita butuh
petunjuk bagaimana cara menghadapi dan menjalankan setiap ujian, dan yang
menjadi kunci akan semua itu adalah sifat sabar.
Sifat sabar adalah sesuatu yang tidak bisa dibeli, sabar adalah
sifat yang kita usahakan dan kita mohon kepada Allah agar diberikan kepada
kita.
Sabar menurut bahasa adalah menahan. Adapun secara syar’i,
maknanya adalah menahan diri dalam tiga perkara:
- Yang pertama, taat kepada ALLAH dalam menjalankan perintahNya.
- Yang kedua, menahan diri dari hal-hal yang Allah tidak senangi.
- Yang ketiga, menahan diri terhadap takdir ALLAH yang
menyakitkan.
Allah tidak senang dengan orang yang tidak sabar, karena orang
yang tidak sabar maka sesuatu yang dikerjakanpun akan berbuah ke-tidakikhlasan
dan apabila sesuatu amal atau perbuatan tidak dikerjakan dengan ikhlas maka
tidak akan menjadi pahala dan tidak akan membawa manfaat bagi diri kita.
"orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan
amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar."
(Huud :11).
Allah senang dengan orang yang senantiasa bersabar, sebagaimana
pernyataan Allah,
"sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
(Al Baqarah :153).
" dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (Al Baqarah :177).
Sabar bukan berarti lemah, karena dengan adanya sifat sabar akan
mendatangkan pertolongan Allah,
"Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya
mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada
seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu
orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al
Anfaal :66).
Berbeda dengan orang non Muslim, apabila seorang Muslim bersabar
maka akan mendapat pahala tapi bagi mereka (non muslim) tidak mendapatkan
apa-apa,
“Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan,
kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan
Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari no.
5641)
“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin. Sungguh seluruh
perkaranya adalah kebaikan baginya. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh
seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika mendapatkan kelapangan ia bersyukur,
maka yang demikian itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kemudaratan/kesusahan
ia bersabar, maka yang demikian itu baik baginya.” (HR. Muslim no. 7425)
Semoga kita senantiasa diberikan hakekat sifat sabar dan tahan
uji, untuk artikel sabar ini sebenarnya masih sangat panjang akan penjelasan
dan maknanya tapi karena keterbatasan pesan oleh Admin FB maka Insya Allah akan
dilanjutkan pada pesan berikutnya.
Semoga kita senantiasa diberikan hakekat sifat sabar dan tahan uji
serta bisa kita amalkan dan sampaikan, ada benarnya datangnya dari Allah dan
adapun kesalahan pada artikel ini dikarenakan karena keterbatasan ilmu dan
kebodohan saya sendiri.
Jazakumullah Akhsanul Jazza
0 Comments